Senin, 09 Desember 2019

Resensi Novel Orang Orang Biasa



Judul      : Orang-orang Biasa (Ordinary People)
Penulis.  : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
ISBN.      : 978-602-291-524-9
Halaman: xii + 300
Cetakan : Pertama tahun 2019
Genre.    : Fiksi
 

Balas kasihku kepada tetangga lemari, meminjamkan koleksi barunya sekaligus memerawani karya terbaru Pak Cik, OOB.
OOB adalah karya ke -11 dari Andrea Hirata. Setelah Pohon Sirkus 2017 yang sempat saya boyong ke Sini, tapi sekarang entah dimana rimbanya bersandar.

Pepatah tuah, Tak kenal maka tak sayang,  jika ingin kenal janganlah mulai dari belakang. Di Awal, ada 3 poin yang yang membuat saya begitu antusias saat pandang pertama. 

Pertama, di sampul buku. Keyakinan Jill Simmons bahwa OOB akan menjadi Best seller Internasional setelah Laskar pelangi.

Kedua, di lembar pertama. Pak Cik membuka lembaran pertama dengan kalimat, "Fiksi,bukan hanya membuat yang tidak ada menjadi ada tapi lebih ke proses berpikir". Ini mungkin isyarat bahwa karyanya bukan hanya sekedar Fiksi.

Ketiga, di kata pengantar. Karya ini merupakan manifestasi kekecewaan dari Pak Cik yang gagal mempertahankan cita cita seorang anak untuk masuk Fakultas Kedokteran. Bukan karena bodoh, tapi karena tidak mampu menutupi persyaratan administrasi.

Curiga adalah bahasa yang tidak dipahami di pengadilan.
Pengakuan yang dibangun dengan asas ini mentah dan mudah dipatahkan.

Dalam buku ini, Andrea Hirata menyelipkan satu istilah yurispundensi barat, "Corpus Delicti".
Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan Inspektur Rojali yang kalut malut dalam mengungkap kejahatan tanpa bukti.
Hematnya, Tak mudah menjerat dan menghukum pelaku pembunuhan jika tak ditemukan orang mati

Istilah ini dipopulerkan Oleh Pdt. Erastus Sabdono, Corpus Delicti sendiri berasal dari kamus hukum peradilan Barat yang berarti bahwa kesalahan harus dibuktikan sebagai suatu kesalahan sebelum terdakwa dibawa kepengadilan atau ketika terdakwa dibawa ke pengadilan harus cukup bukti bahwa terdakwa bersalah. Istilah hukum ini dipakai oleh Pdt Erastus untuk membuat ajaran barunya mengenai iblis, manusia, dan Yesus.

Sejurus dengan laskar pelangi, OOB  berisi  kritik sosial dan pedas dunia pendidikan. Rasa rasanya itu sudah menjadi brand khusus bagi Pak Cik, membangun  narasi yang dengan gaya satire dan  mahir dalam menulis materi jenaka, Manissss.
Penokohan. Agak sulit memetakan karakter setiap tokoh, dengan sudut pandang 10 gerombolan + inspektur Rojali dan sersannya. Olehnya, Kurang lebih 5-6 jam dengan estimasi 3 hari OOB saya tamatkan.
Mungkin bisa saja saya habiskan 3 jam secara langsung, tapi saya menunda ke hari selanjutnya untuk lebih menghidupkan karakter setiap tokoh.

Nb. Lebih menarik melihat secara langsung daripada harus mendengarkan perkataan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Upaya Pendekatan Antar Mazhab

 Ijtihad adalah sebuah jalan yang telah digariskan dan komitmen pada program tertentu.Semua fakih dan mujtahid telah sepakat dalam prinsip-p...